Law Office OCAFP
Obemesse Consultant
Minggu, 22 September 2013
Senin, 01 April 2013
Artikel
RESIKO FAKTOR "X" YANG TIDAK DIPERHITUNGKAN
Hidup ini adalah suatu karunia
Tuhan tapi hidup juga merupakan suatu teka teki yang harus dijawab dalam setiap
aspek kehidupan manusia. Untuk menjawab hal tersebut, maka perlu suatu upaya
atau paling tidak usaha baik melalui doa maupun melalui usaha kerja keras.
Untuk itu penulis ingin mengangkat dua kisah yang berbeda versi tetapi
memiliki makna yang sama yaitu kisah tentang seorang kakek tua dan seorang
pemuda ganteng.
Pada saat si kakek tua masih
mudah ia bercita-cita dan berimpian atau bermimpi ingin membangun sebuah
istana bagi dirinya dan keluarganya khususnya untuk ditempat sebagai
tempat peristirahatannya di hari tuanya. Untuk mensukseskan impian atau mimpinya
itu, maka kemudian ia menerapkan prinsip RTG yaitu “ Rajin, Tekuni dan Guluti”.
Prinsip ini benar-benar ia laksanakan yaitu Dia Rajin bekerja kerja keras,
bahkan kadang-kadang ia tidak bisa tidur oleh karena memikirkan pekerjaannya
yang belum selesai. Dalam pekerjaan yang ia tekuni memang benar-benar ia serius
menanganinya dan bukan hanya sampai disitu saja tapi ia benar-benar guluti
hingga hal yang paling kecilpun ia masih teliti, karena ia ingin istana yang ia
mimpikan itu dapat terbuat dengan kokoh dan megah.
Suatu ketika ia berhasil
menciptakan istana tersebut, hingga menjelang hari tuanya ia bersama
keluarganya mulai tinggal dan menikmati istana tersebut dan disaat itulah ia
dengan bangganya tersenyum karena apa yang di impikan dalam mimpi-mimpinya
selama ini sudah tercapai.
Begitupun sang pemuda ganteng ia
memiliki impian atau bermimpin ingin memiliki sorang istri yang cantik jelita,
sehingga ia benar-benar begitu telaten menata dirinya, tujuannya adalah untuk
menjaga kegagahannya. Gaya bicaranyapun ia jaga dan hati-hati dalam berbicara
karena ia tidak ingin kecolongan dalam berpenampilan dan berkata-kata ketika
bertemu seorang wanita cantik. Singkat cerita si pemuda ganteng tersebut pada
akhirnya dia meraih apa yang selama ini ia impikan atau ia mimpikan. Ia
mendapatkan seorang gadis yang sangat luar biasa karena berparas manis dan
cantik, bahkan bukan hanya manis dan cantik saja tapi wanita tersebut sangat
mempesona karena selain manis dan cantik memang wanita tersebut penampilannya
sangat menawan dan mempesona. Kemudian akhirnya ia menikahi wanita itu dan dia
bangga bahwa apa yang dilakukan selama ini adalah memang luar biasa sehingga
membuat senyumannya begitu memukau bagi teman-temannya.
Namun dari dua kisah ini ternyata
ada satu hal yang tidak pernah di perhitungkan oleh kedua orang yang berbeda
usia tersebut yaitu faktor ex yang tidak pernah di perhitungkan, dimana faktor
"x" tersebut dianggap hanya merupakan hal yang sifatnya sederhana
bahkan siapapun dapat melakukannya karena tidak telalu penting untuk
diperhitungkan.
Adapun faktor “x” yang mereka anggap
biasa-biasa saja, contoh :
Bagi si kakek ia merasa bahwa
dengan istana yang dibuat megah tersebut dia pasti aman, dan tidak mungkin akan
tergelincir atau terpleset jatuh, karena ia punya banyak pekerja yang dengan
telaten dan setia merawat dan menjaga kwalitas istana tersebut termasuk
lantainya yang dibersikan setiap saat.
Bagi si pemuda merasa bahwa
dengan memiliki seorang istri yang manis dan cantik , maka ia tak pernah akan
macam-macam dengan wanita lain, karena ia selalu di damping oleh istrinya yang
manis dan cantik rupawan tersebut.
Namun dalam realitanya ternyata,
baik si kakek dan si pemuda ganteng, justru dalam menghadapi faktor ex
tersebutlah membawa masalah baru bagi kedua-duanya yaitu dimana si kakek
ternyata terpleset jatuh di dalam istana yang ia tempati, dan ini bukan karena
lantai rumahnya yang membuat ia jatuh, melainkan karena tangga rumah yang
dibangun dengan begitu luar biasanya karena bahan yang digunakan cukup dan
sangat mewah tersebut membawa kemilauan yang cukup mengkilat dan bercahaya,
justru menimbulkan masalah tangga menjadi licin dan membuat si kakek jatuh.
Begitupun si pemuda ganteng bukan karena ia berselingkuh dengan wanita lain,
tetapi dia jenuh karena istrinya sering digodain oleh laki-laki lain.
Hal ini sama dengan seperti
masalah bangunan hukum di pada setiap corporate. Sering orang menganggap bahwa
persoalan hukum hanyalah persoalan biasa, sehingga seseorang akan lebih banyak
konsen kepada masalah menata faktor kekuangan atau pembukuannya, kemudian
menata hubungan baiknya dengan para kolega atau partners bisnisnya
sehingga lebih mengutamakan kepercayaan dan keyakinannya atas nilai-nilai akhir
yang akan diraih. Namun ia lupa bahwa sebenarnya semegah apapun rumah si kakek
dan semanis dan cantik apapun istri si pemuda ganteng ternyata tidak cukup
untuk kesempunaan sebuah mimpi atau impian, melainkan perlu
memperhitungkan sejauhmana faktor-faktor "x" yang harus
diperhitungkan dalam memilih bahan untuk posisi tangga rumahnya sang kakek agar
tidak menimbulkan masalah dan mempersiapkan dirinya atau batinnya sang pemuda
dalam menghadapi kondisi istrinya yang sering di godain sama laki-laki lain.
Implementasikan dari dua kisah
ini, maka kedalam persoalan bangunan hukum pada suatu perusahaan, ada dua hal
yang patut diperhitungkan :
Apakah bangunan hukum sebuah
perusahaan akan sama seperti tangga rumah si kakek tua?
Apakah sudah siap jika perusahaan
yang dikelolanya mendapatkan godaan seperti istri pemuda ganteng yang sering
atau mungkin selalu mendapat gangguan dari pria lain ?
Jawabannya hanya pada
masing-masing, karena setiap orang pasti berbeda konsep. Asal yang patut
diketahui dan diperhitungkan adalah “Jangan menyatakan dirimu hebat ketika
sekali mendayung dua-tiga pulau terlewati dan jangan pernah girang ketika orang
lain mengakui kemampuanmu itu, jika dirimu sendiri tidak pernah cerdas
mempelajari dan mengetahui sejauhmana peranan dari faktor
"x"dibalik semuanya itu".
Semoga semuanya bermanfaat bagi
setiap orang yang membaca tulisan ini.
OCAFP. (Obemesse
Consultant Ayub A. Fina, SH & Partners)
Langganan:
Postingan (Atom)