Senin, 01 April 2013

Artikel


RESIKO  FAKTOR "X" YANG TIDAK  DIPERHITUNGKAN

Hidup ini adalah suatu karunia Tuhan tapi hidup juga merupakan suatu teka teki yang harus dijawab dalam setiap aspek kehidupan manusia. Untuk menjawab hal tersebut, maka perlu suatu upaya atau paling tidak usaha baik melalui doa maupun melalui usaha kerja keras. Untuk itu penulis ingin mengangkat dua kisah yang berbeda versi tetapi memiliki makna yang sama yaitu kisah tentang seorang kakek tua dan seorang pemuda ganteng.

Pada saat si kakek tua masih mudah ia bercita-cita dan berimpian atau bermimpi ingin membangun sebuah istana bagi dirinya dan keluarganya khususnya untuk ditempat sebagai tempat peristirahatannya di hari tuanya. Untuk mensukseskan impian atau mimpinya itu, maka kemudian ia menerapkan prinsip RTG yaitu “ Rajin, Tekuni dan Guluti”. Prinsip ini benar-benar ia laksanakan yaitu Dia Rajin bekerja kerja keras, bahkan kadang-kadang ia tidak bisa tidur oleh karena memikirkan pekerjaannya yang belum selesai. Dalam pekerjaan yang ia tekuni memang benar-benar ia serius menanganinya dan bukan hanya sampai disitu saja tapi ia benar-benar guluti hingga hal yang paling kecilpun ia masih teliti, karena ia ingin istana yang ia mimpikan itu dapat terbuat dengan kokoh dan megah.

Suatu ketika ia berhasil menciptakan istana tersebut, hingga menjelang hari tuanya ia bersama keluarganya mulai tinggal dan menikmati istana tersebut dan disaat itulah ia dengan bangganya tersenyum karena apa yang di impikan dalam mimpi-mimpinya selama ini sudah tercapai.

Begitupun sang pemuda ganteng ia memiliki impian atau bermimpin ingin memiliki sorang istri yang cantik jelita, sehingga ia benar-benar begitu telaten menata dirinya, tujuannya adalah untuk menjaga kegagahannya. Gaya bicaranyapun ia jaga dan hati-hati dalam berbicara karena ia tidak ingin kecolongan dalam berpenampilan dan berkata-kata ketika bertemu seorang wanita cantik. Singkat cerita si pemuda ganteng tersebut pada akhirnya dia meraih apa yang selama ini ia impikan atau ia mimpikan. Ia mendapatkan seorang gadis yang sangat luar biasa karena berparas manis dan cantik, bahkan bukan hanya manis dan cantik saja tapi wanita tersebut sangat mempesona karena selain manis dan cantik memang wanita tersebut penampilannya sangat menawan dan mempesona. Kemudian akhirnya ia menikahi wanita itu dan dia bangga bahwa apa yang dilakukan selama ini adalah memang luar biasa sehingga membuat senyumannya begitu memukau bagi teman-temannya.

Namun dari dua kisah ini ternyata ada satu hal yang tidak pernah di perhitungkan oleh kedua orang yang berbeda usia tersebut yaitu faktor ex yang tidak pernah di perhitungkan, dimana faktor "x" tersebut dianggap hanya merupakan hal yang sifatnya sederhana bahkan siapapun dapat melakukannya karena tidak telalu penting untuk diperhitungkan.

Adapun faktor “x” yang mereka anggap biasa-biasa saja, contoh :

Bagi si kakek ia merasa bahwa dengan istana yang dibuat megah tersebut dia pasti aman, dan tidak mungkin akan tergelincir atau terpleset jatuh, karena ia punya banyak pekerja yang dengan telaten dan setia merawat dan menjaga kwalitas istana tersebut termasuk lantainya yang dibersikan setiap saat.

Bagi si pemuda merasa bahwa dengan memiliki seorang istri yang manis dan cantik , maka ia tak pernah akan macam-macam dengan wanita lain, karena ia selalu di damping oleh istrinya yang manis dan cantik rupawan tersebut.

Namun dalam realitanya ternyata, baik si kakek dan si pemuda ganteng, justru dalam menghadapi faktor ex tersebutlah membawa masalah baru bagi kedua-duanya yaitu dimana si kakek ternyata terpleset jatuh di dalam istana yang ia tempati, dan ini bukan karena lantai rumahnya yang membuat ia jatuh, melainkan karena tangga rumah yang dibangun dengan begitu luar biasanya karena bahan yang digunakan cukup dan sangat mewah tersebut membawa kemilauan yang cukup mengkilat dan bercahaya, justru menimbulkan masalah tangga menjadi licin dan membuat si kakek jatuh. Begitupun si pemuda ganteng bukan karena ia berselingkuh dengan wanita lain, tetapi dia jenuh karena istrinya sering digodain oleh laki-laki lain.

Hal ini sama dengan seperti masalah bangunan hukum di pada setiap corporate. Sering orang menganggap bahwa persoalan hukum hanyalah persoalan biasa, sehingga seseorang akan lebih banyak konsen kepada masalah menata faktor kekuangan atau pembukuannya, kemudian menata hubungan baiknya dengan para kolega atau partners bisnisnya sehingga lebih mengutamakan kepercayaan dan keyakinannya atas nilai-nilai akhir yang akan diraih. Namun ia lupa bahwa sebenarnya semegah apapun rumah si kakek dan semanis dan cantik apapun istri si pemuda ganteng ternyata tidak cukup untuk kesempunaan sebuah mimpi atau impian, melainkan perlu memperhitungkan sejauhmana faktor-faktor "x" yang harus diperhitungkan dalam memilih bahan untuk posisi tangga rumahnya sang kakek agar tidak menimbulkan masalah dan mempersiapkan dirinya atau batinnya sang pemuda dalam menghadapi kondisi istrinya yang sering di godain sama laki-laki lain.

Implementasikan dari dua kisah ini, maka kedalam persoalan bangunan hukum pada suatu perusahaan, ada dua hal yang patut diperhitungkan :

Apakah bangunan hukum sebuah perusahaan akan sama seperti tangga rumah si kakek tua?

Apakah sudah siap jika perusahaan yang dikelolanya mendapatkan godaan seperti istri pemuda ganteng yang sering atau mungkin selalu mendapat gangguan dari pria lain ?

Jawabannya hanya pada masing-masing, karena setiap orang pasti berbeda konsep. Asal yang patut diketahui dan diperhitungkan adalah “Jangan menyatakan dirimu hebat ketika sekali mendayung dua-tiga pulau terlewati dan jangan pernah girang ketika orang lain mengakui kemampuanmu itu, jika dirimu sendiri tidak pernah cerdas mempelajari dan mengetahui sejauhmana peranan dari faktor "x"dibalik semuanya itu".

Semoga semuanya bermanfaat bagi setiap orang yang membaca tulisan ini.

OCAFP. (Obemesse Consultant Ayub A. Fina, SH & Partners)